Pagi tadi aku ke kampus untuk bertemu dengan dosen pembimbingku. Ketika masuk lingkungan kampus aku langsung merasa aneh dengan apa yang terjadi. Suasana seprti ini pernah ku alami sebelumnya, yaitu ketika pertama kali aku masuk kuliah tapi perasaanku tadi pagi melebihi perasaanku ketika pertama kali kuliah.
Ketika aku mau parkir motor, aku heran kenapa parkiran itu jadi khusus parkir mobil. Apa kampusku telah berubah jadi kampus para borjuis. Lantas pandanganku tertuju pada deretan motor yang diparkir di sembarang tempat dan saling menyebar tak beraturan. Wao ternyata sekarang parkiran motorpun telah di gusur “kemajuan” .
Setelah ku parkir motorku aku segera menuju ke lantai dua, mataku tak kubiarkan berkedip menatap sesuatu yang ku rasa amat-amat sangat mengherankanku. Sindrom gaul memang hebat pikirku. Sampai-sampai karena gak pengen di bilang gak gaul, mereka nekat memakai pakaian yang gak matching sama sekali bahkan menjurus ke norak. Dasar ndeso katok (Maap mas tukul aku pinjem istilahmu).
Efek perubahan? “mungkin” karena kampusku yang dulu bernama IAIN Sunan Kalijaga yang terkenal sebagai basis agama Islam telah berubah bentuk menjadi UIN Sunan Kalijaga lebih gaulkan.
Terlepas dari fenomena parkiran dan pakaian, statusku sebagai mahasiswa tua mungkin juga berperan sebagai elemen pengasingan yang menimpaku. Tak terasa sudah hampir empat tahun aku kuliah di kampus putih, banyak kenangan yang tak kan kulupakan. Dahulu hampir setiap pagi di Tangga Demokrasi para mahasiswa selalu disuguhi oleh aksi demo mahasiswa, sekarang juga masih disuguhi demo tapi demo para tukang bangunan yang sedang berkerja, ting tong. Kenangan paling mengesankan dulu di lembah Adab hampir tiap sore ada saja kelompok-kelompok mahasiswa yang menggelar diskusi entah membahas tentang perkuliahan, isu seputar kampus, situasi negeri tercinta Indonesia, dll. Semua sirna seiring perubahan ini. Huuuuuuuuh.
Hanya sebuah kalimat yang terlontar dari mulutku
“Kampusku, sekarang aku terasing”.
Filed under: Kampus Putih | 9 Comments »